Fenomena kenaikan suhu melanda Jepang. Kondisi ini bahkan menewaskan lebih dari 100orang di Negeri Sakura.
Mengutip AFP, data Badan Meteorologi Jepang, Senin (2/9/2024) menyebutkan Negeri Sakura itu mengalami musim panas terhangat tahun ini sejak pencatatan dimulai. Bahkan, suhu sudah menyamai level yang terlihat pada tahun 2023 lalu, yang juga didaulat sebagai salah satu tahun terpanas.
“Suhu rata-rata jangka panjang Jepang antara bulan Juni dan Agustus adalah 1,76 derajat Celsius di atas nilai standar, tertinggi bersama sejak statistik mulai disimpan pada tahun 1898,” kata lembaga itu.
Seorang pejabat badan cuaca Jepang mengutip pergerakan aneh angin Barat di atas wilayah negara itu. Hal ini membuat negara kepulauan itu lebih mudah diselimuti udara hangat dari Selatan.
“Efek jangka panjang dari pemanasan global juga berperan, yang mendorong kenaikan suhu rata-rata,” kata pejabat badan cuaca Kaoru Takahashi.
Juli ini sudah menjadi yang terpanas di Jepang sejak pencatatan dimulai, dengan variasi di seluruh kepulauan 2,16C lebih tinggi dari rata-rata. Di pusat kota Tokyo saja, 123 orang meninggal karena sengatan panas pada bulan Juli ketika gelombang panas ekstrem menyebabkan rekor jumlah ambulans yang dimobilisasi di ibu kota.
Selain suhu yang panas, Jepang juga dilanda Topan Shanhan besar pada pekan lalu. Topan Shanshan menewaskan sedikitnya enam orang, termasuk tiga anggota keluarga dalam tanah longsor, dan menumpahkan hujan lebat yang memecahkan rekor di banyak daerah.
Analisis atribusi dari Imperial College London menyimpulkan bahwa angin Topan Shanshan menjadi 26% lebih mungkin terjadi karena planet yang memanas.
Fenomena pemanasan global sendiri terus terjadi di seluruh dunia. Selain Jepang, suhu yang memecahkan rekor telah ditemukan di Laut Mediterania, kepulauan Svalbard Arktik Norwegia, dan ibu kota Ukraina, Kyiv, dalam beberapa pekan terakhir.
Australia mencatat suhu musim dingin tertinggi bulan lalu, dengan suhu mencapai 41,6C di sebagian pantai barat lautnya yang terjal dan terpencil.
Di Eropa, Yunani telah mengalami kebakaran hutan musim panas 50% lebih banyak pada tahun ini dibandingkan tahun 2023. Selain itu, Negeri Para Dewa juga mengalami gelombang panas paling awal dan musim dingin terhangat yang pernah tercatat.
“Peningkatan suhu menyebabkan musim kebakaran hutan yang lebih panjang dan meningkatkan area yang terbakar dalam kobaran api,” menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa. “Suhu rata-rata jangka panjang Jepang antara bulan Juni dan Agustus adalah 1,76 derajat Celsius di atas nilai standar, tertinggi bersama sejak statistik mulai disimpan pada tahun 1898,” kata lembaga itu.
Seorang pejabat badan cuaca Jepang mengutip pergerakan aneh angin Barat di atas wilayah negara itu. Hal ini membuat negara kepulauan itu lebih mudah diselimuti udara hangat dari Selatan.
“Efek jangka panjang dari pemanasan global juga berperan, yang mendorong kenaikan suhu rata-rata,” kata pejabat badan cuaca Kaoru Takahashi.
Juli ini sudah menjadi yang terpanas di Jepang sejak pencatatan dimulai, dengan variasi di seluruh kepulauan 2,16C lebih tinggi dari rata-rata. Di pusat kota Tokyo saja, 123 orang meninggal karena sengatan panas pada bulan Juli ketika gelombang panas ekstrem menyebabkan rekor jumlah ambulans yang dimobilisasi di ibu kota.
Selain suhu yang panas, Jepang juga dilanda Topan Shanhan besar pada pekan lalu. Topan Shanshan menewaskan sedikitnya enam orang, termasuk tiga anggota keluarga dalam tanah longsor, dan menumpahkan hujan lebat yang memecahkan rekor di banyak daerah.
Analisis atribusi dari Imperial College London menyimpulkan bahwa angin Topan Shanshan menjadi 26% lebih mungkin terjadi karena planet yang memanas.
Fenomena pemanasan global sendiri terus terjadi di seluruh dunia. Selain Jepang, suhu yang memecahkan rekor telah ditemukan di Laut Mediterania, kepulauan Svalbard Arktik Norwegia, dan ibu kota Ukraina, Kyiv, dalam beberapa pekan terakhir.
Australia mencatat suhu musim dingin tertinggi bulan lalu, dengan suhu mencapai 41,6C di sebagian pantai barat lautnya yang terjal dan terpencil.
Di Eropa, Yunani telah mengalami kebakaran hutan musim panas 50% lebih banyak pada tahun ini dibandingkan tahun 2023. Selain itu, Negeri Para Dewa juga mengalami gelombang panas paling awal dan musim dingin terhangat yang pernah tercatat.
“Peningkatan suhu menyebabkan musim kebakaran hutan yang lebih panjang dan meningkatkan area yang terbakar dalam kobaran api,” menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa.