BRIN dan Unsoed resmi menjlain kolaborasi untuk pengembangan riset rumpun warisan budaya khususnya pada platform ekskavasi arkeologi. (ANTARA/HO-BRIN)
Badan Riset Nasional (BRIN) bersama dengan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) menggelar “Culture Heritage Young Talent Fest 2024”�guna memberikan wadah para talenta muda Indonesia menggali potensi kolaborasi riset rumpun warisan budaya, khususnya platform ekskavasi arkeologi.
“Mahasiswaharus senantiasa berpikir kritis dan mampu menghadirkan solusi dalam setiap masalah, meningkatkan kreatifitas dan inovasi, mengasah kemampuan berkomunikasi, dan berkolaborasi,” kata Rektor Unsoed Akhmad Sodiq melalui siaran resmi di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan mahasiswa dituntut mampu bersaing dan menghadapi berbagai tantangan pada abad ini.
Mahasiswa, menurut dia, harus mengetahui dan menguasai High Order Thingking Style (HOTS).
Ia menjelaskan kegiatan ini memiliki kesamaan visi dengan Unsoed yaitu meneguhkan diri kepada sumber daya pedesaan dan kearifan lokal.
“Semoga kolaborasi ini dapat semakin memperkuat hubungan antara BRIN dan Unsoed dalam rangka mengeksplorasi budaya-budaya yang ada di Banyumas Raya, khususnya di daerah Bumiayu” kata Akhmad.
Deputi Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDMI) BRIN Edy Giri Rachman Putra memberikan pemaparan terkait dengan penguatan ekosistem riset dan inovasi Indonesia melalui manajemen talenta riset dan inovasi.
Ia mengatakan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki tingkat bio-diversity, geo-diversity serta cultural-diversity yang tinggi.
“Ini yang menjadi dasar riset kami di BRIN, bagaimana mengelola kekayaan hayati untuk dijadikan riset dalam pangan, kesehatan, energi, kelautan, pertahanan dan banyak lagi” ucap dia.
Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra (Arbastra) Herry Yogaswara menyampaikan tugas OR Arbastra melakukan observasi, survei, ekskavasi, preservasi, konservasi, pendampingan, serta evaluasi di bidang arkeologi, bahasa, dan sastra.
“Kolaborasi riset ini bersifat multiyears�(5-7) tahun yang mana di dalamnya akan membangun fasilitas riset atau stasiun penelitian lapangan (SPL), tempat tinggal periset, laboratorium, dan tempat penyimpanan sementara temuan,” katanya. https://hetmanzamosc.com/pages/