
Menteri Kebudayaan Fadli Zon usai peresmian Sekolah Tani kedua, di Jakarta, pada 21 Februari 2025.
Menteri Kebudayaan sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Nasional Serikat Tani Indonesia (HKTI) Fadli Zon menyatakan, persoalan pertanian di Indonesia selalu berkaitan erat dengan budaya.
“Persoalan pertanian kita tidak bisa dilepaskan dari persoalan budaya sehari-hari. Budaya kita berakar dari pertanian,” kata Fadli saat membuka Sekolah Tani kedua, seperti dikutip dari keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Ia menuturkan, dalam setiap tahapan penanaman dan panen, selalu dilakukan berbagai upacara, doa, dan ritual untuk memuliakan Tuhan dan alam yang subur.
Menurut Fadli, setiap daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal yang sangat penting bagi sektor pertanian. Salah satunya adalah sistem irigasi tradisional subak di Bali yang mengelola irigasi untuk persawahan.
“Ini merupakan praktik terbaik yang sangat penting, karena subak telah menjadi bagian dari kearifan lokal yang telah diakui UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) sebagai bagian dari warisan dunia,” jelas Fadli.
Senada dengan itu, sektor pangan juga diprioritaskan untuk pemajuan kebudayaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Untuk itu, ia menyampaikan bahwa Kementerian Kebudayaan mendukung program pertanian yang terkait dengan kebudayaan, seperti langkah diversifikasi sumber pangan dan promosi pangan lokal.
Ia menjelaskan, diversifikasi sumber pangan lokal mencakup promosi jagung, sagu, sorgum, atau tanaman pangan lainnya di masyarakat.
“Pangan lokal dapat berperan penting dalam upaya kita mencapai swasembada. Swasembada pangan juga harus dipahami lebih dari sekadar ketersediaan dan kedaulatan, tetapi juga tentang diversifikasi,” tegasnya.