
Ancaman Tentara Mongol dari Cina disadari betul oleh Kertanagara Raja Singasari. Apalagi ia baru saja mengusir utusan sang raja asal Cina bernama Meng Khi itu dengan cara tak sopan hingga menduga berujung kemarahan sang raja.
Sejumlah strategi pun telah disusun jauh sebelum Singasari diserang oleh Kerajaan Kediri di bawah komando Jayakatwang dengan hasutan Arya Wiraraja, bekas pejabat istana Singasari. Kekhawatiran Kertanagara itu sempat ia sampaikan ke anaknya bernama Gayatri.
Konon Kertanagara dan Gayatri kerap kali berbincang untuk sekedar berdiskusi ringan atau membicarakan segala persoalan di internal kerajaan. Earl Drake pada bukunya “Gayatri Rajapatni : Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit” menyebut Kertanagara khawatir akan serangan Mongol, yang menjadi imperium terkuat di dunia.
Apalagi Khubilai Khan konon baru mengirim utusan untuk menuntutnya mengakui sebagai tuan dan penguasa wilayah. Konon Kertanagara juga meminta saran guru spiritual Kerajaan Singasari Terenavindu. Terenavindu sendiri merasa keberatan dengan langkah Kertanagara untuk mengusir utusan Mongol, karena Terenavindu bahwa Mongol punya harga diri dan kemampuan untu membalasnya.
Di sisi lain, kekuatan Kerajaan Singasari dianggap tak bisa menandingi tentara Mongol. Maka Kertanagara mencoba menggoda Kerajaan Champa, yang kini berada di Thailand, untuk menjadi sekutu melakukan perlawanan bersama ke Kekaisaran Mongol
Kerajaan di pantai selatan China itu konon juga memiliki agama resmi yang sama dengan Kerajaan Singasari. Hal ini yang disebut Kertanagara dianggap memudahkan untuk berkoalisi dengan Champa. Kerjasama dengan Kerajaan Champa ini juga konon bisa memberikan informasi valid mengenai lelaku rahasia Tantra Kubilai Khan, penguasa Mongol.